Minggu, 10 April 2022

Review Jurnal Internasional: Mutual Affinities: Islam in Southeast Asia and the Arab World

 

 

Judul                         Mutual Affinities: Islam in    Southeast  Asia and the Arab  World

Jurnal                         : Israel Journal of Foreign Affairs

Volume & Halaman   : 6:1 & 73-89

Tahun                          : 2012

Penulis                   : Moshe Yegar & Yvette Shumacher (diterjemahkan dari Bahasa Ibrani)

Reviewer                     : Lina Nur Khofifah

Tanggal                       :  09 April 2020

  

 

 

 

 

 

 

 

Artikel yang berjudul Mutual Affinities : Islam in Southeast Asia and the Arab World yang termuat dalam Israel Journal of Foreign Affairs ditulis oleh Moshe Yegar yang merupakan seorang pensiunan Kementerian Luar Negeri Israel yang kemudian menjadi dosen di Universitas Yerussalem ini berisi tentang hubungan timbal balik Islam di Asia Tenggara dan Dunia Arab dari sisi historis sejak kemunculan Islam di Asia Tenggara melalui perdagangan dan asimilasi, kedekatan di masa modern di bidang ekonomi dan budaya, serta hubungan timbal balik dari berbagai konflik yang muncul seperti pemberontakan oleh kaum minoritas Islam di beberapa negara di Asia Tenggara.

Dalam teks asli artikel ini menggunakan bahasa Ibrani yang kemudian diterjemahkan oleh Yvette Shumacher ke dalam bahasa Inggris yang kemudian oleh reviewer diterjemahkan kembali dalam bahasa Indonesia. Secara keseluruhan, artikel ini menggunakan pembahasan yang langsung ke dalam inti setiap sub pembahasan, sehingga cukup memudahkan pembaca meskipun penulis tidak menyertakan abstrak dan pendahuluan, namun langsung menuju ke topik pembahasan.

Reviewer menilai artikel ini bertujuan untuk membuktikan bahwa hubungan dunia Islam di Asia Tenggara banyak dipengaruhi oleh Islam dari dunia Arab. Hubungan ini memiliki keterikatan yang erat terlihat dari beberapa aspek kehidupan Islam Asia Tenggara seperti aspek religi, ekonomi, sosial, dan budaya bahkan tak jarang mempengaruhi kehidupan politik negara-negara muslim di Asia Tenggara. Hubungan kedekatan timbal balik dunia Islam tidak selalu berkaitan dengan aspek-aspek yang telah disebutkan, namun dalam beberapa waktu, terdapat gejolak gerakan Islam yang disinyalir berasal dari dunia Arab yang kemudian diupayakan oleh negara-negara muslim di Asia Tenggara mencoba untuk menangkalnya. Artikel ini ingin menunjukkan dinamika kedekatan yang terkadang menjadi bumerang baik bagi dunia Islam di Asia Tenggara maupun bagi dunia Islam di Jazirah Arab.

Pembahasan

Penulis mengawali paragraf pertama mengenai pernyataan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara merupakan pembahasan yang luar biasa bagi sejarah Islam. Proses Islamisasi di Asia Tenggara memang berbeda dengan wilayah lain yang menggunakan kekerasan, perang, penaklukan wilayah ataupun gencatan senjata. Berbeda dengan Islamisasi di Asia Tenggara yang menggunakan cara damai. Proses islamisasi di Asia Tenggara menurut artikel ini bermula pada abad ketujuh hingga abad ke sepuluh ketika para saudagar dari Semenanjung Arab mulai ekspansi dalam berdagang dengan tujuan syiar Islam dengan cara non-militer dan tidak melakukan paksaan kepada penduduk lokal untuk mengikuti ajaran komunitas Muslim ini. Hingga untuk tetap memepertahankan pengaruhnya, para pedagang Muslim ini menikah dengan penduduk setempat hingga menjadi keluarga dan komunitas yang besar. Pada abad ke sepuluh secara bertahap komunitas Muslim ini berhasil mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang kemudian monopoli ini justru diusik oleh kedatangan Portugis pada abad ke-16.

Dalam artikel ini dibahas pula bahwa saat komunitas Muslim mulai datang ke Asia Tenggara dimana penulis memfokuskan pada dua negara Muslim yang besar yaitu Malaysia dan Indonesia, saat itu kedua negara ini masih berbentuk kerajaan, hingga para penguasa berhasil diislamkan, maka rakyatnya akan turut mengikuti keputusan pemimpinnya secara sukarela. Dengan munculnya Islam di Asia Tenggara, penduduk lokal tidak terbentuk untuk hidup dalam perbudakan, berbeda saat koloni Eropa datang pada abad ke-16 saat penyebaran agama Kristen sering disertai dengan penaklukan kekerasan terhadap penduduk asli.

Dalam artikel ini dibagi menjadi sub pokok pembahasan, yaitu :

1.     Pengaruh Budaya dan Agama

Pengaruh agama Islam di Asia Tenggara tersebar ke wilayah Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina, Myanmar dan Thailand. Ide-ide agama Islam pada abad ke-19 dan ke-20 berkembang melalui ulama yang belajar ke negara-negara di Jazirah Arab. Terlepas dari itu, ada dua aliran pemikiran Islam tertentu yaitu Sufisme dan Modernis. Gerakan kaum modernis menjadi kekuatan intelektual, politik dan pendidikan yang penting yang berisi aktivis dan guru yang datang dari Mesir dan Arab Saudi. Setelah Perang Dunia II, seiring dengan berakhirnya pemerintahan kolonial dan kemerdakaan negara-negara Asia Tenggara, terdpat ekspansi yang luar biasa dalam bidang pendidikan menengah maupun tinggi di negara-negara Asia Tenggara. Elemen penting dalam pengembangan ini adalah intensifikasi dalam hubungan timbal balik antara Asia Tenggara dan negara-negara Arab. Siswa-siswa terutama yang berasal dari Malaysia dan Indonesia, mendapatkan kesempatan untuk belajar ke negara-negara Arab ataupun negara-negara Arab memberikan dukungan penuh terhadap pendidikan di Asia Tenggara. Di Malaysia dalam beberapa tahun terakhir, literatur agama dan buku-buku Arab serta jurnal telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan disebarkan secara luas.

2.     Pengaruh Politik dan Koneksi Ekonomi

Hubungan politik Muslim Asia Tenggara dan Arab sampai PDII berpusat pada pertanyaan tentang pembatalan kekhalifahan di Turki oleh Kemal Ataturk. Pemerintah kolonial saat itu tidak menginginkan adanya pengaruh agama-politik dari ibadah haji ataupun studi di lembaga Islam Arab. Hal itu karena ketakutan akan meningkatnya perasaan keagamaan dan sekembalinya para peziarah ini akan membawa fanatisme agama-politik. Di antara dua perang dunia, sering terjadi kerusuhan politik dan propaganda dan dikhawatirkan mereka yang pergi untuk melanjutkan studi agama di Institusi Arab akan terpengaruh oleh atmosfer berbagaya dan akan membawa kepentingan politik dan agama. Di bawah pemerintahan Soekarno, Indonesia memilih jalan sekuler yaitu membatasi peran agama dan mencegahnya pengaruh asing dalam kebijakan domestik. Soeharto pun sama, ia berhati-hati untuk memantau kekuatan politik Muslim dan takut akan pengaruh yang tidak diinginkan seperti Revolusi Iran dan gerakan teroris Arab. Terdapat tiga konflik di antara negara Arab setelah PDII yang mendapat perhatian pemerintah Muslim di Asia Tenggara yaitu pengucilan Mesir setelah penandatanganan Camp David Accord dengan Israel, Perang Iran-Irak dan pendudukan Kuwait oleh Irak. Dalam setiap permasalahan ini Indonesia dan Malaysia berupaya untuk menfasilitasi negosiasi damai untuk menyelesaikan konflik tersebut. Revolusi Iran pada tahun 1979 menimbulkan kekhawatiran di Asia Tenggara karena khawatir akan membahayakan warga negara sendiri akibuat kerusuhan tersebut.

Sampai PDII dan berakhirnya kolonial, hubungan ekonomi antara Dunia Arab dan Asia Tenggara masih terbatas tanpa industri ataupun modal. 1960-an ada peningkatan kegiatan ekonomi dan peningkatan pemberian hibah oleh negara-negara Arab untuk membangun masjid dan organisasi politik dan pendidikan Islam untuk kegiaan dakwah. Libya melakukan hal yang sama memberikan dukungan keuangan. Pada 1970-an sejumlah besar pekerja diberangkatkan dari Asia Tenggara ke negara-negara Arab. Penguatan hubungan secara signifikan disebabkan adanya organisasi muslim internasonal salah satunya OKI (Organisasi Konferensi Islam) bertujuan untuk memperkuat solidaritas Islam, melindungi tempat suci, mendukung Palestina, dll.

3.     Pemberontakan Minoritas Muslim

Sejak akhir Perang Dunia II, pemberontakan dan gangguan telah terjadi di banyak negara Muslim. Dalam beberapa dekade terakhir, gerakan Islam radikal muncul dari negara-negara Arab yang berhasil merekrut penganut di banyak negara Muslim, termasuk Asia Tenggara. Tiga gerakan pemberontakan Muslim di Asia Tenggara dan kontak mereka dengan negara-negara Arab sangatlah penting. Gerakan tersebut yaitu Komunitas Muslim Filipina (Moro), komunitas Muslim Melayu Thailand Selatan (Muslim Pattani), dan Muslim Rohingya Arakan Utara di Burma Barat/Myanmar. Ketiganya memiliki argumen teologis untuk membenarkan pendirian mereka guna memberontak terhadap pemerintah mayoritas/pusat. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam masing-masing gerakan pemberontak dalam aspek latar belakang sejarah, aspirasi dan tujuan serta efektifitas operasionalnya. Gerakan pemberontak menggunakan taktik peperangan gerilya untuk mencapai tujuan mereka. Namun tiga gerakan ini memiliki perbedaan dalam hal kualitas kepemimipinan yang dimiliki. Misalnya, Arakan tidak menghasilkan pemimpin yang dapat membangun jaringan yang menghubungkan mereka dengan badan-badan muslim internasional ataupun negara-negara Islam, sedangkan Muslim Patani dan Moro berhasil melakukannya karena mereka adalah mahasiswa dan akademisi yang memperoleh pembalajaran agama yang lebih tinggi di negara-negara Arab.

Muslim yang hidup sebagai minoritas di lingkungan non-muslim sering merasa bahwa mereka tidak diterima hak dalam mengekspresikan kedaulatannya dan cenderung separatis karena menganggap konflik sebagai jihad dan perang suci. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya bantuan dari Arab Saudi dan Libya Qadhafi. Intervensi-intervensi dari pihak lain seperti lembaga islam internaional justru diinginkan oleh Pemerintah Filipina dalam negosiasi dengan para pemberontak, sedangkan Thailand dan Myanmar justru menentang adnaya intervensi tersebut sehingga OKI dan elemen Arab lainnya hanya menunjukkan sedikit minat untuk terlibat lebih jauh.

Kesimpulan

Di arena politik dan hubungan luar negeri, ikatan antara Malaysia dan Indonesia serta gerakan separatis Moro dengan organisasi muslim internasional khususnya OKI patut diperhatikan. Faktor yang membuat negara-negara  Arab memiliki pengaruh yang kuat di Asia Tenggara dewasa ini adalah peningkatan kekuatan di arena internasional dari awal 1970-an dari aspek jumlah mereka yangbesar, kekayaan negara yang dimiliki dan adanya radikal muslimisme. Solidaritas muslim internasional semakin kuat dalam beberapa dekade terakhir. Penolakan terhadap keterlibatan negara-negara Arab dalam urusan negara yang mengalami pemberontakan oleh komunitas muslim yaitu Thailand, Filipina, dan Myanmar. Namun justru Filipina melakukan upaya ini untuk bernegosiasi dengan kelompok pemberontak. Sedangkan Thailand tidak begitu peka bahkan Myanmar mengabaikannya sama sekali. Namun, jelas bahwa umat Islam di Asia Tenggara, baik Indonesia dan Malaysia dan di antara minoritas Muslim telah menjadi bagian integral dari kebangkitan global muslim secara umum dan meningkatnya solidaritas Islam.

Keunggulan

  • Alur yang sistematis. Penulis menjelaskan dengan runtut peristiwa dari awal mula masuknya Islam hingga munculnya berbagai permasalahan di dunia Islam dewasa ini
  • Bahasa yang mudah dipahami. Penyampaian yang cukup sederhana meskipun beberapa kali menggunakan diksi yang kurang mampu dipahami oleh orang awam
  • Argumen dan analisis yang logis.

Saran

Saran yang saya berikan berangkat dari beberapa kekurangan dalam artikel ini, yaitu:

·       Pembahasan cukup bertele-tele dan beberapa terdapat pengulangan, maka sebaiknya disederhanakan agar pembaca tidak jenuh

·       Pembahasan dalam setiap sub pokok pembahasan kurang terintegrasi. Maka sebaiknya, ketika membahas dalam sub pokok pembahasan dapat menjelaskan aspek yang sama pada negara yang dibahas. Misalnya, dalam pembahasan pemberontakan minoritas Islam perlu mencantumkan Malaysia dan Indonesia yang justru dituliskan pada bagian akhir kesimpulan. Begitupun sebaliknya dalam sub pokok pembahasan pengaruh agama dan budaya perlu mencantumkan bagaimana pengaruhnya di negara selain Indonesia dan Malaysia

·       Waktu kurang dituliskan dengan jelas kapan pemberontakan terjadi dan hanya menuliskan pasca PDII maka sebaiknya dituliskan masing-masing pemberontakan dan bagaimana hasil terkini saat artikel tersebut dituliskan

·       Tidak ada tokoh-tokoh yang disebutkan maka sebaiknya dicantumkan untuk semakin melengkapi artikel ini dan menambah pemahaman pembaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal Internasional: Mutual Affinities: Islam in Southeast Asia and the Arab World

    Judul                             :  Mutual Affinities: Islam in    Southeast    Asia and  the Arab  World Jurna...